Sabtu, 15 September 2012

Melukis Cinta


Bak mengukir mimpi di kanvas Langit
Kuukir kau dalam ingatanku
Tak sesentipun dari detail tubuhku terlewatkan
Mulai dari matamu yang sayu,
Bibirmu yang laksana lautan madu
Lentik jemari indahmu seumpama dawai-dawai biola
Atau ranum tubuhmu yang merebak mawar

Kita pernah berpaut satu sama lain
Pada suatu masa yang hanya ada aku dan k au
Kitapun pernah menghunuskan layar berbiduk
Berlayar melintasi samudera asmara beriak-riak ombak
Hingga berhenti pada satu dermaga yang tak seorangpun tahu

Akhirnya, pesona itu runtuh tak ubahnya pilar-pilar kokoh Yunani
Merebak lara berarak-arak menyelimuti ruang di hati
Kini nampan tak lagi berisi seperti sediakala
Menyisahkan puing-puing cerita semalam

Jumat, 11 Mei 2012

Laila Majnun: A Love Story (1)

Aku tidak takut kematian;
untuk apa aku takut, jika kau adalah algojoku?
Untuk apa aku gemetar jika pedangmulah
yang akan menebas leherku?
(Majnun)

Ada yang mengatakan bahwa cinta mampu membuat orang paling waras menjadi gila, sekaligus membuat orang yang paling gila menjadi waras. Ada pula yang mengatakan bahwa bukan cinta kalau belum membuat gila. Pernyataan ini tentu saja tak bisa dipahami secara fisikal.

Kaum sufi mengajarkan bahwa cinta adalah manifestasi penyatuan sang Pecinta kepada sang Kekasih. Jadi dalam cinta tidak ada lagi dua wujud atau dua fisik, melainkan satu. Dalam cinta tak ada lagi dua hati, tetapi tunggal. Hanya cinta. Satu.

Para darwis, atau yang biasa disebut sebagai orang yang ‘tergila-gila’ kepada Tuhan, menunjukkan perilaku yang benar-benar ‘gila’ dalam upayanya mencintai Tuhan. Mereka sudah tak ingat apa pun selain Tuhan. Jangankan mengingat hal lain, bahkan dirinya sendiri pun sudah tak diingatnya. Yang ada hanya Tuhan, dan itu terejawantahkan dalam setiap ucapannya, dalam setiap perbuatannya, dalam setiap sudut kehidupannya, dalam setiap detak jantungnya.

Para darwis telah menyatu dengan Tuhan karena di dalam dirinya tak ada dirinya lagi, melainkan hanya ada Tuhan. Inilah yang disebut cinta. Kalau masih ada jarak, artinya masih ada dua kutub. Kalau masih ada jarak, artinya belum menyatu.

Cinta adalah ‘penyatuan’ rasa, manunggaling ati. Dan ‘penyatuan’ ini tentu tidak bisa didefinisikan sebagai penyatuan dua tubuh atau dua wujud fisik, melainkan penyatuan akal, jiwa, dan denyut hidup. Cinta semacam itulah yang membuat orang paling waras menjadi gila, juga sekaligus membuat orang yang paling gila menjadi waras. Dan... kadang saya tergoda untuk berpikir bahwa sebenarnya itulah hakikat cinta yang sesungguhnya, dan karena itu pulalah Tuhan kemudian menciptakan cinta.

Untuk memahami cinta semacam ini memang sulit jika diuraikan dengan kata-kata, karena di sini yang berperan hanya hati—kata-kata tak dibutuhkan lagi. Tetapi, kita mungkin bisa sedikit memahaminya dengan membuka kembali puing-puing sejarah yang telah terkubur, membuka kembali album Laila Majnun....


***

Majnun sebenarnya bukan nama orang. Itu adalah sebutan bagi seorang laki-laki bernama Qais al-Mulawwah, putra Syed Omri, seorang sayid (pemimpin) kabilah Bani Amir di jazirah Arab. Orang-orang menjuluki Qais dengan sebutan Majnun (gila) karena Qais benar-benar menjadi ‘gila’ dalam rasa hatinya mencintai seorang perempuan bernama Laila, juga anak seorang pemimpin kabilah.

Qais pertama kali mengenal Laila di kampusnya. Dan sebagaimana hatinya, hati Laila pun bergetar merasakan debar cinta. Dua hati bertemu di situ, dua jiwa menyatu. Tetapi cinta yang dirasakan dua manusia ini bukan hanya cinta fisikal, bukan hanya cinta yang artifisial, melainkan cinta yang telah mencapai hakikatnya.

Inilah awal mula munculnya ‘kegilaan’ pada diri Qais. Dia tidak lagi menganggap Laila sebagai orang yang dicintainya, melainkan sebagai cinta itu sendiri. Jadi bagi Qais, Laila bukan lagi Laila, tetapi Cinta. Tak ada Laila. Tak ada lagi dirinya. Yang ada hanya Cinta. Dan ketika cinta telah mencapai titik semacam itu, manusia yang paling waras pun menjadi gila. Qais pun lalu menjadi majnun.

Tetapi tidak semua orang bisa memahami cinta seperti ini. Bagi kebanyakan orang, cinta tetaplah cinta—dan itu pula yang terjadi pada keluarga Qais, juga keluarga Laila. Ketika mereka melihat Qais seperti menjadi gila, keluarga Laila pun mengungsikan anaknya agar sejauh mungkin dengan Qais. Laila disembunyikan dalam sebuah perkemahan, dan setiap hari dijaga dengan sangat ketat agar Qais tak bisa menemuinya.

“Jangan sampai si Majnun itu menemui putriku!” perintah ayah Laila kepada para pengawalnya.

Dan Qais, si Majnun, memang benar-benar tak bisa lagi menemui Laila, pujaan hatinya, cintanya satu-satunya. Keadaan itu membuatnya semakin gila, dan orang-orang pun telah menganggapnya benar-benar majnun.

Kamis, 10 Mei 2012

Mawar Tak Berduri Lagi

Add caption
Mawar tak berduri lagi 
Tak lagi indah dipandang mata 
Mungkin ada banyak jiwa kan merindukanmu 
Walau mereka tahu kau tak seperti dulu lagi 

Mawar tak berduri lagi
 Tak lagi ragu tangan memetikmu 
Namamu akan semakin dilupakan 
Dan suara-suara itu takkan terdengar lagi 

Mawar tak berduri lagi 
Pada akhirnya mereka pun akan sadar 
Bahwa luka terbungkus rapi di sanubarimu 
Akan ada banyak bisikan tentang kesedihanmu 
Lalu semuanya akan usang termakan waktu 

Bungamu akan layu di Taman hati mereka 
Karena tak seorang pun akan peduli padamu 
Meski kau akan bangkit dari kematianmu kelak 
Tetapi, tetaplah mawar tak berduri lagi

Kisah Cinta Laila Majnun


Laila adalah sang cahaya fajar Majnun adalah sebatang lilin yang meleleh perlahan di bawahnya Laila dalam segala keindahannya adalah taman mawar berduri Majnun adalah mercusuar kerinduan di kejauhan Laila menebarkan benih cinta Majnun menyiraminya dengan air mata Laila adalah ruh keindahan yang tampak oleh mata Majnun adalah kobaran api yang membakar Laila adalah melati bermekaran Majnun adalah oase kegersangan Laila berisikan cawan penuh anggur cinta Majnun terdiam mabuk oleh aromanya Laila tak dapat memetik buah cinta dunianya Majnun hanya mampu tertegun dalam kematiannya

Rinduku Dalam Bahasa Malam

Saat mendung tak kunjung pergi dari singgasana langit Ketika malam tak henti menikamkan kedinginan pada jiwa-jiwa manusia
Maka ketahuilah, saat itu aku sedang merinduimu. Dalam kegelisahan itu, Izinkan aku meniupkan setiap kegundahan yang mengalir dari relung hatiku. Bukan tawa rembulan dan bisikan malam yang mengusik tidurku Melainkan wajah sedih langit yang tak beranjak dari bayang mataku, dan Kurasakan hujan mulai menceritakan kisahnya pada ranting dan dahan pohon. Kini dingin mulai mencekammu, Mungkin menyudutkanmu saat jarak berada di antara kau dan aku. Kan kupinta seribu Malaikat menjaga tidur indahmu Menaungimu di bawah sayap-sayapnya yang hangat Agar kau tak merasa sendiri dalam dinginnya malam Hingga fajar mulai menjilati bumi dan seisinya, Dan saat sepasang bola matamu melihat keindahan embun pagi, Maka sampai saat itu aku masih tetap mencintaimu Dan takkan pernah letih merindukanmu.

Minggu, 02 Oktober 2011

KETIKA CINTA BERTASBIH

Ketika cinta bertasbih
Perlahan lembayu menyapu sendu
Jemari kasih berdendang menabu

Ketika cinta bertasbih
Lafaz kasihnya menggetar syahdu
Menari di atas kejujuran sukma

Ketika cinta bertasbih
Seakan pelangi mewarnai hati
Merajut rasa dalam benang surgawi
Meniti langkah dengan sayap cinta

Ketika cinta betasbih
Keraguan dalam bimbang sirna
Tercipta nirwana di mandala kasih
Dan terbang bersama malaikat cinta

Makassar, 20 12 2006